HERI KUSNADI ( 081919413345 )

Di mohon tinggalkan pesan dan komentar.

HERI KUSNADI ( 081919413345 )

Di mohon tinggalkan pesan dan komentar.

HERI KUSNADI ( 081919413345 )

Di mohon tinggalkan pesan dan komentar.

HERI KUSNADI ( 081919413345 )

Di mohon tinggalkan pesan dan komentar.


KLIK BISNIS USTAD YUSUF MANSUR

Sabtu, 29 Desember 2012

TIPS PACARAN JARAK JAUH


Adapun kiat tips sukses pacaran jarak jauh yang dapat kamu jalankan agar hubungan kamu dengan seseorang yang kamu cintai dan sayangi tidak pupus ditengah jalan, digolongkan dalam beberapa kategori pada tulisan ini.

Berikut adalah tips sukses pacaran jarak jauh selengkapnya:

Percaya dan Sabar 
Ketika sudah berkomitmen untuk hubungan jarak jauh, kepercayaan pada pasangan sangat penting. Jika tak bisa percaya pada pasangan sebaiknya anda berpikir dua kali sebelum menjalani hubungan jarak jauh. Anda bisa lelah sendiri disiksa kecurigaan dan kecemburuan karena tak bisa selalu mengawasi sang kekasih. Jika ada perasaan curiga atau gelisah, langsung ungkapkan kepadanya. Jangan dipendam sendiri dan berkembang menjadi masalah.

Keadaan emosi memang sulit dikontrol. Kadang kesal sedikit bisa jadi masalah. Khusus untuk pasangan jarak jauh, kesabaran adalah aspek yang penting. emosi pasangan pada hubungan jarak jauh lebih mudah meledak. Padahal seharusnya pasangan tersebut sangat menghargai saat-saat ketika mereka bertelepon atau bertemu.

Karena itu, jika timbul masalah sebaiknya coba bersabar dan jangan langsung meledak. Ingat, pertemuan dan komunikasi yang cukup sulit sebaiknya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan supaya hubungan lebih mesra. Selalu akhiri pembicaraan dengan kata-kata yang manis.

Komunikasi
Zaman sekarang semuanya sudah serba mudah. Walau beda benua banyak alternatif komunikasi yang bisa ditempuh. Selain telepon, dengan kecanggihan internet ngobrol lewat chatting bisa dilakukan. Mau kirim foto, sampai video semuanya serba mungkin.

Apalagi biayanya juga jauh lebih murah. Tak ada lagi alasan untuk tak berkomunikasi. Ada keraguan, kecurigaan, atau perasaan lainnya, utarakan langsung pada sang kekasih. Jangan memendam dan menebak-nebak sendiri.

Tentang frekuensinya, sesuaikan dengan kegiatan masing-masing. Jangan sampai mengganggu dan membuat si dia kesal. Tapi disela-sela komunikasi elektronik, tak ada salahnya sekali-sekali diselingi dengan surat biasa lewat pos. Selain lebih personal, di surat biasa anda bisa membubuhkan wewangian yang sering anda gunakan sehingga menimbulkan perasaan nostalgia pada dirinya. Jika si dia rindu pada makanan rumah tak ada salahnya sekali-sekali mengirim masakan favorit dia. Tapi sebelum itu cek dulu dengan perusahaan pengiriman atau kantor pos tentang prosedur pengiriman makanan.

Tetapkan peraturan
Untuk menghindari salah paham dan hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya anda menetapkan beberapa aturan dasar. Misalnya, berapa lama harus bertemu, apakah setiap hari harus menelepon, adakah hari khusus dimana anda harus bertemu, serta berbagai aturan main lainnya.

Buat kejutan
Kejutan seringkali menjadi penyegar suatu hubungan. Untuk yang jarak jauh bisa memanfaatkan jasa pengiriman. Sesekali mengirim bunga bisa menjadi penawar rindu yang romantis. Jika memang ada waktu yang cukup untuk liburan kejutkan dia dengan datang ke kotanya. Tapi ingat juga kesibukannya, jangan terlalu banyak menuntut waktunya. Jika memungkinkan, cari tahu dulu jadwal dia pada hari itu. Kunjungan anda juga tak perlu lama-lama, yang penting perasaan rindu sudah terobati.

Antisipasi segala kemungkinan
Namanya hubungan jarak jauh, faktor penghalang pasti banyak menghadang. Walaupun sudah buat rencana anda harus selalu siap untuk kemungkinan terburuk. Misalnya ketika sudah janji bertemu, kekasih anda ada meeting tiba-tiba. Atau bisa saja anda tak bisa pergi bertemu dia karena sahabat perlu teman curhat setelah putus dari pacar.

Timbang baik dan buruknya
Tidak semua orang bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan baik. Perlu banyak kesabaran dan usaha untuk melewati itu semua. Coba pertimbangkan positif dan negatif hubungan yang tengah dijalani. Apakah anda dan pasangan bahagia? Apakah anda lebih sering bertengkar daripada bermesraan? Apakah hubungan berubah menjadi buruk setelah kekasih pindah ke kota lain? Dan berbagai hal lainnya.

Jika setelah ditimbang ternyata hal buruk lebih unggul, tak ada salahnya anda berpikir dua kali untuk melanjutkan hubungan jarak jauh. Jangan tergesa-gesa mengakhiri hubungan, bicarakan dulu baik-baik dengan kekasih. Beri alasan dan argumen yang tepat. Pada akhirnya, akan sangat baik jika anda dan pasangan bisa menemukan jalan keluar. Siapa tahu adanya perubahan malah akan membuat lebih mesra. Tapi jika tidak, kenyataan pahit memang harus ditempuh. Lagian siapa yang mau terus-terusan sedih dan menderita karena cinta.

Prediksi masa depan
Hubungan yang punya tujuan, pasti bikin anda dan pasangan lebih semangat menjalaninya. Jika memang sudah saatnya tak ada salahnya menguatkan komitmen. Setidaknya jangan menghindar jika membicarakan hal tersebut. Suatu hubungan terutama jarak jauh perlu ‘iming-iming’ yang membuat anda dan pasangan tetap kuat. Setidaknya ada sesuatu yang diharapkan dan dituju.

TERIMA KASIH
TELAH BERKUNJUNG KE HERI'S BLOG

Minggu, 23 Desember 2012

program-program untuk komputer

1. Software Untuk Mengunci Data di Komputer (Protect Folder)               Software ini berguna untuk mengunci data data kita di komputer atau laptop agar tidak dapat dilihat atau dibuka sekaligus tidak dapat di copy dan di hapus... Hebatkan software ini memiliki berbagai fungsi. cara gunakannya juga mudah hanya di instal saja kemudian diberi password sesuai keinginan anda lalu anda pilih data mana yang anda mau kunci.
    Anda ingin Software ini. Bisa di Download di SINI    DOWNLOAD

    2. Software Mozila Firefox 8 & 9  (Firefox)
            Anda Pasti sudah tahu untuk apa firefox ini kan..  Tinggal di download saja di sini
        Sekarang      DOWNLOAD

   3. Software Membuat Folder Bergambar
           Membuat / mempercantik tampilan folder itu merupakan seni. disini ad software untuk memberi gambar pada folder, sehingga folder kita terlihat indah.
     Download saja Software nya di SINIhttp://www.ziddu.com/download/18322788/Simpan_file_dalam_gambar.rar.html                DOWNLOAD

   4.Software Youtube Downloader
          Youtube Downloder ini berguna sekali untuk mempercepat download video   di youtube. jadi kita tidak harus menunggu lala-lama untuk download 1 video saja.
   Download aja diSINI                DOWNLOAD

   5. Software Google Chrome
         
Google chrome memiliki kelebihan untuk pencarian lebih cepat, apalagi yang versi baru. dan menampilkan langsung gambaran website / isi nya, maka lebih mudah dan cepat untuk pencarian di internet
       Download di SINI  
          DOWNLOAD

   6. Software Flash Flayer

           Flash Flayer bisa anda Download disini            DOWNLOAD
 

   7. Software WinRAR
          
Winrar bekerja untuk menjaga data dari virus, gunakan data yang berbentuk folder dengan Winrar ini, DOWNLOAD sekarang                  DOWNLOAD

   8. Software Penterjemah Al-Quran
          
Software ini memiliki kelebihan yaitu untuk menenterjemahkan al-quran yang anda ingin tahu artinya..
       Download disini 
              DOWNLOAD

    9. Software Pengunci File Word
           
File kita yang berbentuk Microsoft word dapat di kunci dengan ini, folder juga bisa di kunci , kalau anda mau software ini, tinggal download aja di sisni                       DOWNLOAD
 

Minggu, 02 Desember 2012

KERINCI MESTI SAKTI



 Di dalamnya anda akan menjumpai orang kebal terhadap senjata tajam, bisa menari di atas percahan kaca, kesurupan sewaktu mengikuti tari asik, tari rantak kudo, santet-menyantet dan lain sebagainya. Pemberian sesajen oleh beberapa calon anggota legislatif dan eksekutif juga tercakup di dalamnya. Bukan sakti dalam pengertian demikian yang penulis maksud, karena itu hanyalah sakti dalam kategori pra-sejarah. Dan tidak pula sakti sebagaimana yang dipahami oleh Pemerintah Daerah kota Sungai Penuh, yakni Sejuk, Aman, Kenangan, Tertib dan Indah. Karena kata-kata yang demikian hanyalah hiasan di bibir saja.
Sakti dalam tulisan ini adalah sakti dalam pengertian yang luas, yaitu kreativitas dengan menggenggam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga berbagai fenomena baik itu fenomena alam maupun sosial yang masih “gaib” dapat tersingkap.
Dan dengan demikian masyarakat Kerinci tidak perlu lagi meletakkan Kerbau di altar pengorbanan apabila melihat Gunung Kerinci “batuk-batuk”.



Dengan kesaktian ini pula, masyarakat Kerinci akan mampu melihat ke lubuk permasalahan yanga ada dan menemukan alternatif untuk mengatasinya. Sehingga masyarakat tidak ragu untuk mendobrak tabu, demi mencapai kemajuan. Masyarakat akan kreatif dan senantiasa melakukan inovasi dan invensi keilmuan. Kesaktian yang demikianlah yang dibutuhkan oleh umat saat sekarang ini.
Kalau masih mau berbicara peradaban, masyarakat Kerinci mesti hijrah dari sakti pra sejarah menuju sakti kontemporer. Tidak usah lagi melakukan tirakat di kuburan nenek moyang, karena itu hanya mengganggu ketentraman arwah mereka. Hendaknya “ritual tirakat” dilakukan di bangku sekolah, laboraturium dan lembaga pendidikan lainnya. Jangan lagi ada yang berkonsultasi ke dukun sewaktu mau mencalon menjadi orang nomor satu di kota Sungai Penuh. Namun, bersosialisasilah dengan masyarakat yang punya hak suara, “one man one vote” melalui media kampanye secara tertib, aman dan terkendali.

Wallah „a‟lam

OLEH :  EDOMI SAPUTRA

Donwload lagu Mp3 gratis

192 kbps
7.46 mb
02.Sad But True[gudanglagu isnaini] mp3
192 kbps
7.46 mb
Copy of 02.Sad But True[gudanglagu isnaini] mp3
3.69 mb
Tompi - Sedari Dulu - gudanglagu.com mp3
3.69 mb
Tompi - Sedari Dulu - gudanglagu.com mp3

Donwload SURAH-SURAH PILIHAN


Surah Al-Baqarah: Ayat 284-2

DOA DOA PILIHAN

  1. Doa elakkan diri dari dipukau
  2. Doa Menghadapi Peperiksaan
  3. Doa Hindar diri dari terkena Sihir/Santau/Saka/Jin
  4. Doa Hilangkan Marah & Permusuhan
  5. Doa Supaya Dapat Bayar Hutang Dan Dipermudah Hajat
  6. Doa Supaya Yang Susah jadi Mudah
  7. Doa Pengasih
  8. Doa Berada Dalam Kesusahan
  9. Doa Untuk Orang Yang Banyak Hutang Piutang
  10. Doa Qunut Nazilah
  11. Doa Pendekat Jodoh
  12. Doa Rawatan Lumpuh Dan Strok
  13. Doa Segala Penawar Penyakit
  14. Doa Taubat Nasuha
  15. Doa Istikharah
  16. Doa Nurun Nubuwwah
  17. Doa Selepas Solat
  18. Doa Pelembut Hati & Pendinding Diri
  19. Doa Kebahagiaan Rumahtangga
  20. Doa Minta DiJauhkan Bala Bencana
  21. Doa Dipercepatkan Jodoh & Doa Mendapat Isteri Yang Baik
  22. Doa Elak Sihir Tafriq (Pemisah Suami Isteri)
  23. Doa Untuk Mendapatkan Anak-anak Yang Soleh
  24. Doa Agar Dapat Bermimpi Bertemu Rasulullah SAW
  25. Doa Untuk Mendapatkkan Zuriat
  26. Doa Penyembuh Sakit Jantung Dan Sakit Dalam Badan
  27. Doa Untuk Elak Suami Isteri Dan Anak-Anak Bergaduh
  28. Doa Tidak Terbakar Oleh Api Yang Dibaca Oleh Nabi Ibrahim AS Serta Doa Rawatan Terbakar Dan Melecur
  29. Doa Menjaga Dari Gangguan Ular Dan Binatang Bisa
  30. Doa Supaya Suami Tak Kahwin Lain
  31. Doa Supaya DiCintai Dan Dihormati Oleh Sekalian Manusia
  32. Doa Melariskan Perniagaan
  33. Doa Keselamatan Diri Dijauhkan Dari Perkara Buruk: Bot Karam-Kecurian-Serangan Musuh
  34. Doa Untuk Elak Keguguran Bayi Dari Kandungan
  35. Doa Untuk Pesakit Jantung Supaya Sembuh
  36. Doa Supaya Suami Setia Dan Sayang Isteri
  37. Doa Mohon Keampunan Dan Kasih Belas Allah (Doa Nabi Adam)
  38. Doa Supaya Dipelihara Allah Dari Kejahatan Para Penjahat Dan Para Penzalim
  39. Doa Penumbuk Deras/Kuat
  40. Doa Pendinding & Penggerak: Sihir Santau
  41. Doa Jodoh Dalam Bahasa Melayu Yang Baik
  42. Doa Pengasih Dari Surah Al-Quran
  43. Doa Untuk Anak-anak Atau Suami Suka Keluar Malam
  44. Doa Sblm Bersetubuh Dan Adab-adab Sblm Bersetubuh Pd Malam Pertama
  45. Doa Supaya Wanita Mengandung Mudah Melahirkan Anak Dgn Selamat
  46. Doa Yang Baik Untuk Diamalkan Bagi Mengatasi Masalah Jiwa Kosong
  47. Doa Agar Sekeluarga Menjalankan Ibadah Shalat
  48. Doa Mohon Agar Dimatikan Dalam Keadaan Berbuat Baik
  49. Doa Mohon Keampunan Untuk Sekeluarga
  50. Doa Mohon Kesembuhan Penyakit Dan Doa Mohon Keringanan dan Kemudahan
  51. Doa Mohon Keteguhan hati Tetap Dalam Iman

TABOT BENGKULU

Arti Tabot

Pada awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata Arab Tabut yang secara harafiah berarti "kotak kayu" atau "peti".
Dalam al-Quran kata Tabot dikenal sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat. Bani Israil di masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang.

Masuk ke Bengkulu

Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syi'ah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syi‘ah.
Para pekerja yang merasa cocok dengan tatahidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan pemukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenal dengan nama Kelurahan Tengah Padang. Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan sebutan orang-orang Sipai.
Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan upacara Tabot. Upacara Tabot ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan Singkil. Namun dalam perkembangannya, kegiatan Tabot menghilang di banyak tempat. Hingga pada akhirnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Bengkulu dengan nama Tabot dan di Pariaman Sumbar (masuk sekitar tahun 1831) dengan sebutan Tabuik. Keduanya sama, namun cara pelaksanaannya agak berbeda.
Jika pada awalnya upacara Tabot (Tabuik) digunakan oleh orang-orang Syi‘ah untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka sejak orang-orang Sipai lepas dari pengaruh ajaran Syi‘ah, upacara ini dilakukan hanya sebagai kewajiban keluarga untuk yakni memenuhi wasiat leluhur mereka. Belakangan, sejak satu dekade terakhir, selain melaksanakan wasiat leluhur, upacara ini juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu setempat.
Kondisi sosial budaya masyarakat, nampaknya, juga menjadi penyebab munculnya perberbedaan dalam tatacara pelaksanaan upacara Tabot. Di Bengkulu, misalnya, Tabotnya berjumlah 17 yang menunjukkan kepada jumlah keluarga awal yang melaksanakan Tabot, sedangakan di Pariaman hanya terdiri dari 2 macam Tabot (Tabuik) yaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa. Tempat pembuangan Tabot (Tabuik) antara Bengkulu dan Pariaman juga berbeda. Pada awalnya Tabot di Bengkulu di buang ke laut sebagaimana di Pariaman Sumatera Barat. Namun, pada perkembangannya, Tabot di Bengkulu dibuang di rawa-rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenal dengan nama makam Karbela yang diyakini sebagai tempat dimakamnya Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin.
Belakangan ini, banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabot. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekedar festival kebudayaan belaka. Ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabot adalah orang-orang non-Syiah. Hilangnya nilai-nilai sakralitas upacara Tabot semakin diperparah dengan munculnya apa yang kemudian dikenal sebagai Tabot pembangunan (Tabot yang keberadaannya karena deprogram oleh pemerintah dan berjumlah banyak).

Peralatan-Peralatan upacara Tabot

Untuk melaksanakan upacara Tabot, ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan, diantaranya adalah:
  • Pembuatan Tabot
Kelengkapan alat untuk membuat Tabot antara lain: bambu, rotan, kertas karton, kertas mar-mar, kertas grip, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, bunga kertas, bunga plastik dan lain sebagainya. Jika dilihat dari banyaknya alat yang dibutuhkan, maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat Tabot sekitar 5-15 Juta rupiah.
  • Kenduri dan Sesaji
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kenduri dan sesaji antara lain: beras ketan, pisang emas, tebu, jahe, dadeh, gula aren, gula pasir, kelapa, ayam, daging, bumbu masak, kemenyan dan lain-lain.
  • Perlengkapan Musik Tabot
Alat-alat musik yang biasanya digunakan dalam upacara tabot adalah dol dan tessa. Dol terbuat dari kayu tengahnya dilubangi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kulit lembu. Dol berbentuk seperti beduk. Garis tengahnya sekitar 70 – 125 cm, dan alat pemukulnya berdiameter 5 cm dan panjangnya 30 cm. Cara menggunakannya dengan cara dipukul-pukul. Sedangkan Tessa berbentuk seperti rebana, terbuat dari tembaga, besi plat atau alumunium, dan juga bisa dari kuali yang permukaannya ditutup degan kulit kambing yang telah dikeringkan.
  • Kelengkapan lainnya
Perlengkapan-perlengkapan lain yang harus dipersiapkan pada setiap unit Tabot adalah: Bendera merah putih ukuran rumah tangga berikut tiangnya, bendera panji-panji berwarna hijau atau biru yang ukurannnya lebih besar dari bendera merah-putih, bendera putih yang ukurannnya sama dengan panil (beserta tiangnya), tombak bermata ganda diujungnya digantung, duplikat pedang zufikar (pedang Rasulullah) dengan ukuran mini.

Nilai-Nilai

Secara umum, ada dua nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Tabot, yaitu: nilai Agama (sakral), sejarah, dan sosial. Nilai-nilai Agama (sakral) dalam upacara Tabot diantaranya adalah: satu, proses mengambik tanah mengingatkan manusia akan asal penciptaannya. Kedua, terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual tabot mengandung unsur penyimpangan dalam akidah, seperti penggunaan mantera-mantera dan ayat- ayat suci dalam prosesi mengambik tanah, namun esensinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa keberagamaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya lokal. Dan ketiga, pelaksanaan upacara Tabot merupakan perayaan untuk menyambutan tahun baru Islam.
Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya tabot adalah sebagai manifestasi kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yakni Husein bin Abi Thalib yang terbunuh di Padang Karbela dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu, beserta Gubernur ‘Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Husain bin ‘Alî beserta laskarnya. Adapun nilai sosial yang terkandung didalamnya, antara lain: mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.
Banyak nilai-nilai kebijaksanaan yang dapat digali dan dijadikan landasan untuk mengarungi kehidupan, tetapi jika tidak disikapi dengan bijaksana, maka upacara Tabot akan menjadi sekedar festival budaya yang kehilangan makna dasarnya. Meriah dalam pelaksanaan (festival) tapi kehilangan sepiritnya.

Referensi

Sumber




  • Bambang Indarto. Ritual Budaya Tabot Sebagai Media Penyiaran Dakwah Islam di Bengkulu, Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006
  • Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud. Upacara Tabot: Upacara Tradisional Daerah Bengkulu di Kotamadya Bengkulu, 1991/1992.
  • Dan, Tabot Sakral Itu Pun Patah... Harian Kompas, 15 Februari 2006
  • Tugu Tabot Tak Boleh Dibongkar! Harian Rakyat Bengkulu
  • Upacara Tabot (Bengkulu). melayuonline.com

SBY


Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.

Biografi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

  Pada tanggal 20 Oktober 2009, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono kembali di lantik sebagai Presiden RI untuk periode 2009-2014, setelah bersama pasangannya Prof. Dr. Boediono memenangkan Pemilihan Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu putaran langsung dengan memperoleh 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
  Presiden SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.
  Susilo Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.
  Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Chief Military Observer United Nations Peace Keeping Operations (CMO UNPKO) dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.
  Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.
  Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.
  Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.
  Pada beberapa tahun terakhir, Presiden Yudhoyono juga berperan aktif dalam berbagai forum internasional, termasuk dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Sejak pelaksanaan Konferensi Bali mengenai Perubahan Iklim di tahun 2007, yang menghasilkan Bali Road Map, hingga pertemuan sejenis di Kopenhagen yang menghasilkan Copenhagen Accord,Presiden Yudhoyono selalu memberikan kontribusi nyata. Presiden Yudhoyono juga memprakarsai terbentuknya Coral Triangle Initiative,yang merupakan upaya kerjasama antara Indonesia, Malaysia, Philipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Brunei Darussalam, dalam melindungi keanekaragaman sumber daya hayati lautan di wilayah ini, serta terbentuknya Forest - 11 (F-11), kelompok negara-negara pemilik hutan tropis di dunia. Atas berbagai upaya tersebut, pada pembukaan The 11th Special Session of The Governing Council/Global Ministerial Enviromental Forum pada bulan Februari 2010 lalu di Bali, Presiden Yudhoyono mendapatkan penghargaan UNEP Award Leadership in Marine and Ocean Management.
  Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.
  Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama, Kapten Inf Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 dan telah menyelesaikan Program Master di bidang Strategic Studies di IDSS, Nanyang Technological University, Singapura. Pada akhir bulan mei 2010 yang bersangkutan juga telah menyelesaikan Program Master di bidang Public Policy di Kennedy School of Goverment, Harvard University, Amerika Serikat. Telah menikah dengan Annisa Larasati Pohan, dan dikaruniai seorang putri, Almira Tunggadewi Yudhoyono.
  Kedua, Edie Baskoro Yudhoyono, lulusan bachelor of Commerce Finance dan Electronic Commerce dari Curtin University of Technology,Perth, Western Australia, serta lulusan Program Master bidang International Political Economy di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Saat ini aktif sebagai anggota DPR RI dan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat.

sumber : http://www.presidensby.info/index.php/statik/profil/

Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono was born in Tremas, a village in Arjosari, Pacitan Regency, East Java, to a lower-middle-class family and is the son of Raden Soekotjo and Siti Habibah.[1]
His name is Javanese, with Sanskrit roots.[2] Susilo comes from the words su-, meaning good[2] and -sila, meaning behaviour, conduct or moral.[2] Bambang is a traditional boy name in Javanese, meaning knight. Yudhoyono comes from the words yuddha -meaning battle, fight; and yana, meaning journey.[2] Thus his name roughly translates to `well behaved knight`.
Yudhoyono had wanted to join the army since he was a child.[3] In school, he developed a reputation as an academic achiever, excelling in writing poems, short stories, and play-acting[citation needed]. Yudhoyono was also talented in music and sport, reflected when he and his friends established a volleyball club called Klub Rajawali and a band called Gaya Teruna.[4]
When he was in fifth grade, Yudhoyono visited the Indonesian Armed Forces Academy (AKABRI). After seeing the soldiers training there and perhaps inspired by his own father's career, Yudhoyono became determined to join Indonesian Armed Forces and become a soldier. Yudhoyono planned to enlist after graduating from high school in 1968; however, he missed the registration period.[3]
Yudhoyono then became a student at the Tenth of November Institute of Technology before entering the Vocational Education Development Center in Malang, East Java. There, he was able to prepare everything for the next phase of his education at Akabri. Yudhoyono officially entered AKABRI in 1970 after passing the test in Bandung.[3]

Military career


Cadet First Sergeant Major ("Sersan Mayor Satu Taruna") Yudhoyono, 1973.
Yudhoyono spent three years at Indonesian Armed Forces Academy (AKABRI) and became the Commander of the Cadet Corps Division there. He graduated from AKABRI as second lieutenant in 1973, and as the best graduate of the year, received the prestigious Adhi Makayasa medal from President Suharto.
After graduating, Yudhoyono joined the Army Strategic Reserve (Kostrad) and became a platoon commander in the 330th Airborne Battalion. Aside from leading his troops, Yudhoyono was also tasked with giving the battalion soldiers lessons on general knowledge and English. Yudhoyono's proficiency in English was one of the reasons why he was sent to the United States to undertake the Airborne and Ranger Courses at Fort Benning in 1975.
Yudhoyono returned to Indonesia in 1976 where he became a platoon commander in the 305th Battalion and assigned to Indonesian-occupied East Timor. Yudhoyono had several tours of duty there and, like many other Indonesian officers involved in the occupation of East Timor, was accused of committing war crimes. However, Yudhoyono has never been charged with any specific act. From East Timor, Yudhoyono became a mortar platoon commander in 1977, an operations officer for an airborne brigade from 1977 to 1978, and a battalion commander at Kostrad from 1979 to 1981. Yudhoyono then spent 1981 and 1982 working at the Army headquarters.
While working at the Army headquarters, Yudhoyono was sent to the United States again, this time to participate in the Infantry Officer Advanced Course at Fort Benning and in training with the 82nd Airborne Division. Yudhoyono also spent time in Panama and went through the jungle warfare school. When Yudhoyono returned in 1983, he was made Commander of the Infantry Trainers' School. It was not long before he was abroad again, this time to Belgium and West Germany, to undertake the Antitank weapons Course. In 1985, Yudhoyono also took a Battalion Commando Course in Malaysia.
From 1986 to 1988, Yudhoyono served with the Udayana Area Military Command, which covers Bali and the Lesser Sunda Islands. Yudhoyono was a battalion commander from 1986 to 1988 and was part of the operational staff in 1988. In 1989, Yudhoyono became a lecturer at the Army Staff College (Seskoad) and delivered a presentation entitled "ABRI's Professionalism at the Present and in the Future". Together with Agus Wirahadikusumah, Yudhoyono published a book entitled "The Challenges of Development".
Whilst at Seskoad, Yudhoyono also took the opportunity to further his own military education. He went to the US Army Command and General Staff College at Fort Leavenworth, Kansas. While in the United States, he took the opportunity to obtain an MA degree in business management from Webster University in 1991.
In 1992, Yudhoyono was transferred to the Army Information Department and worked as a speech writer for General Edi Sudrajat, the Army Chief of Staff. In 1993, when Edi became Commander of the Military of Indonesia (ABRI), Yudhoyono joined Edi's personal staff. Edi did not last long as ABRI Commander and Yudhoyono was then transferred back to Kostrad where he became a brigade commander. A year later, Yudhoyono was the Operations Assistant at Jaya (Jakarta) Military Area Command before taking command IV/Diponegoro Military Area Command in Central Java. Yudhoyono had one more stint overseas when he became Indonesia's chief military observer of the United Nation Peacekeeping Force in Bosnia in 1995–96.[5]
When Yudhoyono returned to Indonesia, he was made KODAM Jaya chief of staff before being appointed as KODAM II/Sriwijaya commander. In this position, Yudhoyono was responsible for military operations in southern Sumatra.[6] He served in this position until 1997, when he was appointed chief of staff for social-political affairs. At the same time, he was also appointed Chairman of the ABRI Faction in the People's Consultative Assembly General Session and participated in Suharto's election to a seventh term as President.
During the days which would lead to Suharto's resignation in May 1998, Yudhoyono and pro-reform ABRI officers conducted meetings and discussions with Nurcholish Madjid, a secular pro-reform Muslim leader. From his discussions, Yudhoyono accepted the fact that Suharto should resign but like the ABRI officers who went to the meeting with him, was reluctant to withdraw their support of Suharto publicly, much less ask for Suharto's resignation.[7] Nevertheless the pressure would eventually become too much for Suharto, who resigned on 21 May 1998.
As Indonesia entered the reform era, ABRI's popularity, because of its association with Suharto, was at an all time low. To de-emphasize ABRI's political role, Yudhoyono's Chief of Staff for social-political affairs was renamed chief of staff for territorial affairs and in 1999, ABRI was renamed TNI and the Indonesian National Police (Polri) was split off. At this time, Yudhoyono's popularity began to increase[citation needed] as he offered ideas and concepts to reform the military and nation. He did this by combining the strong reformist sentiment of the time with TNI's concern for security and stability.[7] Yudhoyono then became known in the media as "the thinking general".[citation needed]

Political career

Wahid Presidency

Yudhoyono was appointed Mining and Energy Minister in the cabinet of President Abdurrahman Wahid in 1999. According to General Wiranto, who assisted Wahid in the formation of the Cabinet, he had recommended to the President that Yudhoyono would do better as Army Chief of Staff.[8] However, Wahid rejected the idea and Yudhoyono became the Minister of Mining and Energy instead. At the same time, Yudhoyono ended his military career with the rank of Lieutenant General, although he would be made honorary General in 2000.
Yudhoyono's popularity grew,[citation needed] even as Minister of Mining and Energy. In June 2000, there were rumors that Wahid, because of his lack of skill as an administrator was going to appoint a First Minister to look after the day to day running of the Government.[9] Yudhoyono's name appeared as a potential candidate for the position, although eventually Wahid appointed Vice President Megawati Sukarnoputri as the day to day administrator.
In August 2000, after a Cabinet reshuffle, Yudhoyono became the Coordinating Minister for Politic and Security Affairs. One of his tasks was to separate the army from politics. This was in line with his reformist ideas on the future of Indonesian military, and is a view he has held since his days in an army policy center. He said at that time:
Since 1998, the military has decided to stay out of day-to-day politics. The basic idea of military reform is to go back to the role and function of the military as a defense force and move them away from politics systematically. The trend is moving in such a way that there is no so-called 'dual function' of the military, there is no so-called social political mission in the military.
Another task that Yudhoyono was given was as an intermediary between Wahid and the Suharto family. At the time, Wahid was trying to make Suharto hand back all the money which he had allegedly obtained through corruption when he was president.[citation needed] Yudhoyono was sent by Wahid to convey this wish and to negotiate with the former first family. However, Yudhoyono was not successful in this venture.
At the beginning of 2001, with political pressure increasing on him, Wahid ordered Yudhoyono to form a crisis centre with Yudhoyono as Chairman[10] The purpose of this crisis centre was to assist the president in giving policy advice and was headquartered at Yudhoyono's office. It seemed as if because of this appointment, Yudhoyono could be considered one of Wahid's men, however Yudhoyono would break ranks from Wahid in July 2001 when the latter was facing impeachment. In desperation, Wahid issued a decree freezing the People's Representative Council (DPR) and then asked Yudhoyono to declare a state of emergency to further strengthen his position. Yudhoyono refused to accept this, and Wahid dismissed him.[11]

Megawati Presidency

On 23 July 2001, in a Special Session, the MPR impeached Wahid and replaced him with Megawati as President. A few days later when the MPR assembled to elect a new Vice President, Yudhoyono threw his name in the hat and competed against Golkar's Akbar Tanjung and United Development Party's (PPP) Hamzah Haz.[10] Yudhoyono and Akbar lost out to Hamzah who became the vice president.
Yudhoyono was appointed to his old position of Coordinating Minister of Political and Security Affairs in Megawati's new cabinet. After the October 2002 Bali bombing, he oversaw the hunt for and arrest of those responsible, and gained a reputation both in Indonesia and abroad as one of the few Indonesian politicians serious about the War on Terrorism. His speech during the one year anniversary of the Bali bombing (in which many Australians were killed) was praised by the Australian media and public.[11]
Yudhoyono also dealt with the Free Aceh Movement (GAM), a separatist movement wanting to separate the Province of Aceh from Indonesia. On his advice, Megawati declared martial law in Aceh on 19 May 2003. This martial law was then extended in November 2003.[12]

The Democratic Party

Yudhoyono's supporters saw Yudhoyono's participation in the vice presidential election as a sign of his popularity and recognized Yudhoyono's potential as a possible leader for Indonesia. One of these supporters, Vence Rumangkang approached Yudhoyono with the idea of forming a political party to help shore up support for the 2004 Presidential Elections. Yudhoyono approved of the idea and after going through the basic concepts, left Rumangkang in charge of forming the Party.
From 12–19 August 2001, Rumangkang began holding a series meetings to discuss the formation of the party while holding consultations with Yudhoyono. Yudhoyono personally led the meetings on 19 and 20 August 2001, and the basic outline of the Democratic Party was finalized.
On 9 September 2001, the formation of the party was officially declared and on 10 September it was registered at the Ministry of Justice and Human Rights.
The organizers behind Democratic Party's formation went to extreme lengths to make sure that PD was Yudhoyono's personal political party. The declaration of its formation was 9 September 2001, which was Yudhoyono's birthday and to start off with, the Party had 99 members.

Road to Presidency

By 2003 there was a gathering momentum behind the possibility of Yudhoyono being a presidential candidate.[13] The United Democratic Nationhood Party (PPDK) was the first to bring up the subject of nomination. In September 2003, Yudhoyono's own party began to make preparations in case Yudhoyono was willing to accept a presidential nomination. The Democratic Party then initiated a publicity campaign to promote Yudhoyono as a candidate. For his part, Yudhoyono was not responsive both to PPDK or the Democratic Party's maneuverings to nominate him and continued his duties as Minister. PPDK was disappointed in Yudhoyono's reaction and the Democratic Party continued to wait for Yudhoyono to resign his position as was expected of all presidential candidates apart from the incumbent President and Vice President.

Yudhoyono with his wife at opening of new Garuda Indonesia headquarters
The turning point came on 1 March 2004, when Yudhoyono's secretary, Sudi Silalahi announced to the media that for the last six months, Yudhoyono had been excluded from policy decision-making in the field of politics and security.[14] On 2 March 2004, Megawati responded that she had never excluded Yudhoyono, while her husband, Taufiq Kiemas called Yudhoyono childish for complaining to the media instead of the president herself. On 8 March 2004, Yudhoyono sent a letter asking for permission to meet the president about his ministerial authority. Megawati did not respond when she received the letter, although she invited Yudhoyono along to a cabinet meeting on 11 March 2004. Yudhoyono did not attend the cabinet meeting and instead held a press conference at his office and announced his resignation from the position of Coordinating Minister of Political and security affairs. He also announced that he was ready to be nominated as a presidential candidate.

Yudhoyono in United Nations.
Yudhoyono's popularity skyrocketed after his falling out with Megawati as he was seen by the people as the underdog. However this popularity did not translate to a victory for the Democratic Party at the 2004 legislative elections. The party won 7.5% of the votes, which was still enough to nominate Yudhoyono as a presidential candidate. Yudhoyono accepted the nomination and picked Golkar's Jusuf Kalla as his running mate. Aside from the Democratic Party, their presidential and vice presidential candidacy was supported by the Crescent Star Party (PBB), the Reform Star Party (PBR) and the Indonesian Justice and Unity Party (PKPI).[15]
Yudhoyono's manifesto for the future of Indonesia, summarised in a book titled "Vision For Change" written by him and distributed for free during the campaign, was built on four pillars: prosperity, peace, justice and democracy. At the top of his agenda was a plan for increasing economic prosperity, aiming for economic growth of at least 7% and a revival of small and medium-sized enterprises. He also put forward policies to offer better credit lines, to cut red tape, improve labor laws and to root out corruption from the top down. He told an interviewer:
If we are to reduce poverty, create jobs, increase purchasing power and rebuild infrastructure, then we will need new capital. Of course, to be able to invite investment, I have to improve the climate – legal certainties, political stability, law and order, sound tax policies, customs policies, good labor management. I will improve the guarantees to encourage investors to come to Indonesia.
Yudhoyono's perceived communication skills made him the front-runner throughout the election campaign, according to many opinion polls and the opinions of election commentators,[16] ahead of the other candidates (Megawati, Wiranto, Amien Rais, and Hamzah). On 5 July 2004, Yudhoyono participated in the first round of the presidential election, coming first with 33% of the votes. However, 50% of votes were required for a new president and vice-president to be elected, and this meant Yudhoyono going into a run-off against Megawati.
In the run-off, Yudhoyono faced a challenge from Megawati's Indonesian Democratic Party-Struggle (PDI-P), forming a national coalition with Golkar, the PPP, Prosperous Peace Party (PDS) and the Indonesian National Party (PNI). Yudhoyono then declared that his coalition, which now received political support from the National Awakening Party (PKB), the Prosperous Justice Party (PKS) and the National Mandate Party (PAN), would be the people's coalition. On 20 September 2004, Yudhoyono participated in the run-off election, winning it with 60.87% of the vote. Yudhoyono was inaugurated as president on 20 October 2004. In February 2010, SBY was named as the political figure who had achieved The Gold Standard in Political Communications by the influential PublicAffairsAsia network and magazine.

Presidency: 2004–present

Cabinet

The day of his inauguration in 2004, Yudhoyono announced his new cabinet, which would be known as the United Indonesia Cabinet (Kabinet Indonesia Bersatu). Consisting of 36 ministers, it included members of the Democratic Party, Golkar and the PPP, PBB, PKB, PAN, PKP, and PKS. Professionals were also named in the cabinet, most of them taking on ministries in the economic field. The military were also included, with five former members appointed to the cabinet. As per Yudhoyono's promise during the election, four of the cabinet appointees were female.[17]
Yudhoyono's Second United Indonesia Cabinet was announced in October 2009 after he was reelected as president earlier in the year. The vice president in Yudhoyono's second cabinet is Dr Boediono. Boediono replaces Jusuf Kalla who was vice president in the first Yudhoyono cabinet.

Economy

In late 2007, Yudhoyono led Indonesia into a free trade agreement with Japan.[18]

Education and health

In July 2005, Yudhoyono launched the Schools Operational Assistance (BOS) program.[19] Under this arrangement, the government gives money to principals to financially assist in the running of schools. Should BOS be able to provide significant financial assistance to the school then the school is expected to lower fees or, if they are able to, to abolish fees altogether. In June 2006, Yudhoyono launched Books BOS which provides funds for the purchase of textbooks.[20]
In January 2005, Yudhoyono launched the Poor Community Health Insurance (Askeskin). Askeskin is a program directed at poor people which allows them access to healthcare.[21]

Balance of power with Vice President Kalla


Yudhoyono with Vice-President Jusuf Kalla.
Although he had won the Presidency, Yudhoyono was still weak in the Indonesian parliament, the People's Representative Council (DPR). The Democratic Party, even combined with all of its coalition partners, had far fewer representatives than Golkar and the PDI-P, which played the role of opposition.
With a national congress to be held in December 2004, Yudhoyono and Kalla had originally backed Agung Laksono speaker to become Golkar chairman. When Agung was perceived to be too weak to run against Akbar, Yudhoyono and Kalla threw their weight behind Surya Paloh. Finally, when Paloh was perceived to be too weak to run against Akbar, Yudhoyono gave the green light for Kalla to run for the Golkar Chairmanship.[22] On 19 December 2004, Kalla was elected as the new chairman of Golkar.
Kalla's victory posed a dilemma for Yudhoyono. Although it now enabled Yudhoyono to pass legislation, Kalla's new position meant that he was now more powerful than Yudhoyono in terms of influence in parliament.
After the 2004 Indian Ocean Tsunami Kalla, apparently on his own initiative, assembled Ministers and signed a Vice Presidential decree ordering work to begin on rehabilitating Aceh. The legality of his Vice Presidential decree was questioned[23] although Yudhoyono maintained that it was he who gave the orders for Kalla to proceed.
In September 2005, when Yudhoyono went to New York to attend the annual United Nations Summit, he left Vice President Kalla in charge. Yudhoyono held a video conference from New York to receive reports from ministers. Critics suggest that this was an expression of distrust by Yudhoyono.[24] The suggestion seemed to gain momentum when Kalla only showed up for one video conference and then spent the rest of the time taking care of Golkar matters.
The alleged rivalry resurfaced again in October 2006 when Yudhoyono established the Presidential Work Unit for the Organization of Reform Program (UKP3R). He tasked it with improving the conditions for business investment, executing government diplomacy and administration, improving the performance of the state-owned enterprises, expanding the role of small and medium businesses, and improving law enforcement as a whole.[25] The UKP3R was headed by Marsillam Simanjuntak, who served as Attorney General during the Wahid Presidency.
In February 2007, Yudhoyono added welfare to UKP3R's tasks by ordering them to also put focus on the abolition of poverty, the direct cash assistance, public service as well as assisting programs in health and education[26] There were accusations that this was an attempt by Yudhoyono to exclude Kalla from government. Yudhoyono was quick to clarify that in supervising UKP3R, he would be assisted by Kalla.[27]

Dealings with Suharto

On 6 May 2005, Yudhoyono visited Suharto at hospital when the latter suffered from intestinal bleeding. On 5 January 2007, Yudhoyono and his wife visited Suharto, who was again hospitalized due to anaemia as well as heart and kidney problems.[28][29] After the visit, Yudhoyono made an appeal to all Indonesians to pray for Suharto's recovery.[30]
Responding to some publicly-made requests to Yudhoyono to granting a pardon for all Suharto's possible past mistakes in governing the country, presidential spokesperson Andi Mallarangeng said, "A visit from an incumbent [president] to a hospitalized former president is something normal. However, this show of humanity and legal step are two different things."[31]

Other


Yudhoyono with US President George W. Bush while attending APEC summit in 2004.
On 17 August 2007, Indonesia by initiative of Yudhoyono in Jakarta, proposed that eight nations, homes to some 80% of the world's tropical rainforests join diplomatic ranks amid increasing concern over global warming. Indonesia led the summit of eight countries (on 24 September in New York) – Brazil, Cameroon, Congo, Costa Rica, Gabon, Indonesia, Malaysia and Papua New Guinea. On 3–15 December 2007, Indonesia hosted the 13th Conferences of the Parties (COP-13) under the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) in Bali.[32]
During the Pope Benedict XVI Islam controversy, Yudhoyono stated that the Pope's comments were "unwise and inappropriate,"[33] but also that "Indonesian Muslims should have wisdom, patience, and self-restraint to address this sensitive issue....We need them so that harmony among people is not at stake."[34]
Yudhoyono is one of the 100 World's Most Influential People in 2009 according to TIME Magazine.[35]
During an official visit to Australia, 9–11 March 2010, he was appointed an Honorary Companion of the Order of Australia (AC)[36] and addressed Australian Parliament, the first Indonesian head of state to do so.[37]
Indonesian security forces claim to have uncovered a plot to murder Yudhoyono. A purported strike was to occur 17 August 2010, on Indonesian Independence Day.[38]
In 2012, the UK based Free West Papua Campaign issued an arrest warrant for SBY during his State visit to the UK from October to November that year. http://www.thejakartaglobe.com/home/uk-papua-activists-post-reward-for-sbys-arrest/545275 Approximately 100 protesters confronted SBY and accused him of orchestrating Genocide in the territory West Papua which has always had a long Independence Movement. (Human Rights Groups estimate that over 500,000 people have been killed by the Indonesian Military since 1961. http://arrestpresidentsby.wordpress.com http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152299920615010&set=a.10151356775845010.836603.53611440009&type=1&theater
Yudhoyono was made an honorary Knight Grand Cross of the Order of the Bath (GCB) by HM Queen Elizabeth II on 30 October 2012.[39]

Political party

During his presidency, Yudhoyono further consolidated his position within the Democratic Party. In May 2005, at PD's first National Congress, Yudhoyono was elected Chairman of the Executive Board (Ketua Dewan Pembina).[40] In this position, Yudhoyono has the highest authority, superseding that of chairman.

Education

Yudhoyono also studied in the United States, where he received his Masters degree in Management from Webster University in 1991. He subsequently earned his PhD in agricultural economics from the Bogor Agricultural University on 3 October 2004, two days before his presidential victory was announced.[41] His dissertation is entitled "The Rural and Agricultural Development as an Effort to Alleviate Poverty and Unemployment: a political economic analysis of fiscal policy".[citation needed] He was also awarded with two honorary doctorates in 2005, respectively in the field of law from his alma mater, Webster University, and in political science from Thammasat University in Thailand.[41]

Family

The Yudhoyonos in a family outing, from left: Annisa Larasati Pohan, First Lady Ani Bambang, Edhie Baskoro Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono and President Yudhoyono.
The name Yudhoyono is not an inherited surname; most Javanese do not have surnames. Rather, he chose it for his military name-tag, and it is how he is referred to abroad.[42][43][44] His children go by the name Yudhoyono, and in formal meetings and functions he is addressed as Dr Yudhoyono. In Indonesia, he is referred to in some media as Susilo and is widely known as "SBY".
Yudhoyono lives both in the Presidential Merdeka Palace in Jakarta and his family residence in Cikeas, Bogor with his wife, Ani Bambang Yudhoyono. First Lady Ani Yudhoyono holds a political science degree from Merdeka University, and was the first vice chairman of her husband's Democratic Party. She is the eldest child of General (Ret.) Sarwo Edhie Wibowo, one of Indonesia's high-profile generals.
The family's eldest son, Captain Agus Harimurti Yudhoyono (born 1978), graduated from Taruna Nusantara High School in 1997 and the Indonesian Military Academy in 2000 and is a holder of the Adhi Makayasa Medal like his father, continuing family tradition as the best graduate of the Military Academy. In July 2006, Agus graduated from the Institute of Defense and Strategic Studies, Singapore with a masters degree in strategic studies, and is currently studying at Harvard University.[45] Yudhoyono gave a speech at Harvard Kennedy School in September 2009 and joked that his son became "another Harvard student working for" him – some of Yudhoyono's ministers and military generals also went to Harvard.[46] He is married to Annisa Larasati Pohan,[47] a fashion model and the daughter of a former Bank Indonesia vice-president. The couple's daughter and Yudhoyono's only grandchild, Almira Tunggadewi Yudhoyono, was born on 17 August 2008.[48]
The family's younger son, Edhie Baskoro Yudhoyono (born 1982), received his bachelor degree in Economics from the Curtin University of Technology, in Perth, Western Australia[41] and his Master Degree from the Institute of Defense and Strategic Studies, Singapore.[49] In the 2009 general election, Edhie was elected as member of Parliament from the Democratic Party and currently sits as a member of Parliament's Commission 1 dealing with international affairs.[50]